6 Jenis E-Commerce yang Wajib Kamu Tahu untuk Kembangkan Bisnis

by

Jonathan

21/08/2025

Jenis E-Commerce yang Wajib Kamu Tahu untuk Kembangkan Bisnis

Kenapa E-Commerce Jadi Tren Besar di Indonesia?

E-commerce bukan lagi sekadar tren, tapi sudah jadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari belanja kebutuhan harian, memesan tiket liburan, hingga membayar tagihan – semuanya bisa dilakukan secara online.

Menurut laporan PPRO tahun 2018, pertumbuhan e-commerce di Indonesia mencapai 78% per tahun, tertinggi dibanding negara lain. Ini artinya, peluang bisnis online di Indonesia sangat menjanjikan dan terus berkembang pesat.

Tapi, tahukah kamu kalau e-commerce ternyata punya banyak jenis? Setiap jenis punya cara kerja, target pasar, dan strategi berbeda.

Nah, berikut ini penjelasan detail tentang 6 jenis e-commerce yang wajib kamu pahami kalau mau serius mengembangkan bisnis di era digital.

1. Business-to-Business (B2B) E-Commerce

B2B adalah model e-commerce yang melibatkan transaksi antara perusahaan dengan perusahaan lain. Jadi, yang membeli bukan individu, melainkan bisnis yang membutuhkan produk atau jasa dalam jumlah besar.

Contoh:

  • Perusahaan produsen kulit sintetis yang memasok ke pabrik tas dan sepatu.
  • Software akuntansi seperti Jurnal.id yang digunakan oleh pelaku usaha untuk mengatur keuangan.

Kelebihan B2B:

  • Skala transaksi besar → nilai penjualan tinggi.
  • Hubungan bisnis lebih stabil karena kontrak jangka panjang.
  • Proses efisien dengan teknologi seperti EDI (Electronic Data Interchange).

2. Business-to-Consumer (B2C) E-Commerce

B2C adalah model e-commerce paling populer. Di sini, produsen menjual langsung ke konsumen akhir melalui platform online.

Contoh:

  • Marketplace: Lazada, Tokopedia, Shopee, Amazon, Ebay, Traveloka.
  • Website brand resmi: Berrybenka, Nike Official Store.

Kelebihan B2C:

  • Jangkauan pasar luas, bisa menjual ke seluruh Indonesia bahkan global.
  • Harga lebih bersaing dibanding toko ritel fisik.
  • Transaksi cepat, praktis, dan bisa dilakukan 24/7.

3. Consumer-to-Consumer (C2C) E-Commerce

Consumer-to-Consumer (C2C) E-Commerce

Model ini memungkinkan konsumen menjual barang atau jasa kepada konsumen lainnya. Biasanya difasilitasi oleh sebuah platform.

Baca Juga:  8 Tips Meningkatkan Penjualan Online agar Bisnis Makin Berkembang

Jenis C2C:

  • Marketplace: penjual dan pembeli bertransaksi dalam satu platform. Contoh: Tokopedia, Bukalapak, Shopee.
  • Classified Ads: platform hanya mempertemukan penjual dan pembeli, tanpa memfasilitasi transaksi. Contoh: OLX, Kaskus.

Kelebihan C2C:

  • Modal minim, siapa pun bisa jadi penjual.
  • Banyak pilihan produk unik dari penjual individu.
  • Bisa melakukan transaksi langsung (COD) untuk keamanan.

4. Consumer-to-Business (C2B) E-Commerce

Kebalikan dari B2C, di sini konsumen justru yang menawarkan produk/jasa ke perusahaan. Perusahaan kemudian membeli atau menyewa jasa dari konsumen sesuai kebutuhan.

Contoh:

  • Freelancer menawarkan jasanya lewat platform seperti Freelancer.com atau Fiverr.
  • Influencer menawarkan slot promosi kepada brand.

Kelebihan C2B:

  • Membuka peluang bagi individu untuk memonetisasi skill.
  • Perusahaan lebih fleksibel memilih tenaga kerja atau jasa sesuai kebutuhan.
  • Efisien dalam mencari talenta dengan biaya yang bisa dinegosiasikan.

5. Business-to-Administration (B2A) & Consumer-to-Administration (C2A)

B2A (Business-to-Administration):

Transaksi yang dilakukan antara perusahaan dengan lembaga pemerintah. Biasanya berupa penyediaan produk atau layanan untuk mendukung operasional.

  • Contoh: tender proyek pengadaan barang IT untuk instansi pemerintah.

C2A (Consumer-to-Administration):
Transaksi elektronik antara individu dengan pemerintah.

  • Contoh: pembayaran pajak online, iuran BPJS, atau administrasi SIM.

Kelebihan:

  • Meningkatkan efisiensi layanan publik.
  • Proses administrasi lebih cepat dan transparan.
  • Mengurangi antrean manual di kantor pemerintah.

6. Online-to-Offline (O2O) E-Commerce

Model bisnis ini menghubungkan dunia online dengan offline. Konsumen bisa pesan produk atau layanan lewat aplikasi, lalu menyelesaikan transaksi di dunia nyata.

Contoh:

  • Transportasi: Gojek, Grab.
  • Akomodasi: Airbnb, Airy Rooms.
  • Ritel: pesan produk online, ambil barang langsung di toko.

Kelebihan O2O:

  • Memberikan pengalaman belanja yang fleksibel.
  • Meningkatkan kepercayaan konsumen karena tetap ada interaksi offline.
  • Cocok untuk bisnis yang ingin menjangkau konsumen digital sekaligus menjaga kehadiran fisik.
Baca Juga:  10 Ide Bisnis Online Menjanjikan yang Bisa Anda Coba

Tabel Perbandingan Jenis E-Commerce

Jenis E-CommerceArah TransaksiContoh PlatformKelebihan Utama
B2BBisnis → BisnisJurnal, Supplier IndustriSkala besar, kontrak jangka panjang
B2CBisnis → KonsumenLazada, Shopee, TravelokaPraktis, harga bersaing, 24/7
C2CKonsumen → KonsumenTokopedia, OLXModal kecil, banyak produk unik
C2BKonsumen → BisnisFreelancer, FiverrMonetisasi skill individu
B2A/C2ABisnis/Konsumen → PemerintahE-tax, BPJS OnlineEfisien, transparan, cepat
O2OOnline → OfflineGojek, Grab, AirbnbFleksibel, tetap ada interaksi langsung

E-commerce bukan hanya soal toko online. Ada banyak jenis dengan model transaksi berbeda yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan bisnismu.

Dengan memahami 6 jenis e-commerce ini, kamu bisa menentukan model bisnis paling cocok, memperluas pasar, dan meningkatkan efisiensi usaha.

Jadi, jangan hanya ikut tren, tapi pahami ilmunya supaya bisa sukses di dunia bisnis digital!