Kenapa E-Commerce Jadi Tren Besar di Indonesia?
E-commerce bukan lagi sekadar tren, tapi sudah jadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari belanja kebutuhan harian, memesan tiket liburan, hingga membayar tagihan – semuanya bisa dilakukan secara online.
Menurut laporan PPRO tahun 2018, pertumbuhan e-commerce di Indonesia mencapai 78% per tahun, tertinggi dibanding negara lain. Ini artinya, peluang bisnis online di Indonesia sangat menjanjikan dan terus berkembang pesat.
Tapi, tahukah kamu kalau e-commerce ternyata punya banyak jenis? Setiap jenis punya cara kerja, target pasar, dan strategi berbeda.
Nah, berikut ini penjelasan detail tentang 6 jenis e-commerce yang wajib kamu pahami kalau mau serius mengembangkan bisnis di era digital.
1. Business-to-Business (B2B) E-Commerce
B2B adalah model e-commerce yang melibatkan transaksi antara perusahaan dengan perusahaan lain. Jadi, yang membeli bukan individu, melainkan bisnis yang membutuhkan produk atau jasa dalam jumlah besar.
Contoh:
- Perusahaan produsen kulit sintetis yang memasok ke pabrik tas dan sepatu.
- Software akuntansi seperti Jurnal.id yang digunakan oleh pelaku usaha untuk mengatur keuangan.
Kelebihan B2B:
- Skala transaksi besar → nilai penjualan tinggi.
- Hubungan bisnis lebih stabil karena kontrak jangka panjang.
- Proses efisien dengan teknologi seperti EDI (Electronic Data Interchange).
2. Business-to-Consumer (B2C) E-Commerce
B2C adalah model e-commerce paling populer. Di sini, produsen menjual langsung ke konsumen akhir melalui platform online.
Contoh:
- Marketplace: Lazada, Tokopedia, Shopee, Amazon, Ebay, Traveloka.
- Website brand resmi: Berrybenka, Nike Official Store.
Kelebihan B2C:
- Jangkauan pasar luas, bisa menjual ke seluruh Indonesia bahkan global.
- Harga lebih bersaing dibanding toko ritel fisik.
- Transaksi cepat, praktis, dan bisa dilakukan 24/7.
3. Consumer-to-Consumer (C2C) E-Commerce

Model ini memungkinkan konsumen menjual barang atau jasa kepada konsumen lainnya. Biasanya difasilitasi oleh sebuah platform.
Jenis C2C:
- Marketplace: penjual dan pembeli bertransaksi dalam satu platform. Contoh: Tokopedia, Bukalapak, Shopee.
- Classified Ads: platform hanya mempertemukan penjual dan pembeli, tanpa memfasilitasi transaksi. Contoh: OLX, Kaskus.
Kelebihan C2C:
- Modal minim, siapa pun bisa jadi penjual.
- Banyak pilihan produk unik dari penjual individu.
- Bisa melakukan transaksi langsung (COD) untuk keamanan.
4. Consumer-to-Business (C2B) E-Commerce
Kebalikan dari B2C, di sini konsumen justru yang menawarkan produk/jasa ke perusahaan. Perusahaan kemudian membeli atau menyewa jasa dari konsumen sesuai kebutuhan.
Contoh:
- Freelancer menawarkan jasanya lewat platform seperti Freelancer.com atau Fiverr.
- Influencer menawarkan slot promosi kepada brand.
Kelebihan C2B:
- Membuka peluang bagi individu untuk memonetisasi skill.
- Perusahaan lebih fleksibel memilih tenaga kerja atau jasa sesuai kebutuhan.
- Efisien dalam mencari talenta dengan biaya yang bisa dinegosiasikan.
5. Business-to-Administration (B2A) & Consumer-to-Administration (C2A)
B2A (Business-to-Administration):
Transaksi yang dilakukan antara perusahaan dengan lembaga pemerintah. Biasanya berupa penyediaan produk atau layanan untuk mendukung operasional.
- Contoh: tender proyek pengadaan barang IT untuk instansi pemerintah.
C2A (Consumer-to-Administration):
Transaksi elektronik antara individu dengan pemerintah.
- Contoh: pembayaran pajak online, iuran BPJS, atau administrasi SIM.
Kelebihan:
- Meningkatkan efisiensi layanan publik.
- Proses administrasi lebih cepat dan transparan.
- Mengurangi antrean manual di kantor pemerintah.
6. Online-to-Offline (O2O) E-Commerce
Model bisnis ini menghubungkan dunia online dengan offline. Konsumen bisa pesan produk atau layanan lewat aplikasi, lalu menyelesaikan transaksi di dunia nyata.
Contoh:
- Transportasi: Gojek, Grab.
- Akomodasi: Airbnb, Airy Rooms.
- Ritel: pesan produk online, ambil barang langsung di toko.
Kelebihan O2O:
- Memberikan pengalaman belanja yang fleksibel.
- Meningkatkan kepercayaan konsumen karena tetap ada interaksi offline.
- Cocok untuk bisnis yang ingin menjangkau konsumen digital sekaligus menjaga kehadiran fisik.
Tabel Perbandingan Jenis E-Commerce
| Jenis E-Commerce | Arah Transaksi | Contoh Platform | Kelebihan Utama |
|---|---|---|---|
| B2B | Bisnis → Bisnis | Jurnal, Supplier Industri | Skala besar, kontrak jangka panjang |
| B2C | Bisnis → Konsumen | Lazada, Shopee, Traveloka | Praktis, harga bersaing, 24/7 |
| C2C | Konsumen → Konsumen | Tokopedia, OLX | Modal kecil, banyak produk unik |
| C2B | Konsumen → Bisnis | Freelancer, Fiverr | Monetisasi skill individu |
| B2A/C2A | Bisnis/Konsumen → Pemerintah | E-tax, BPJS Online | Efisien, transparan, cepat |
| O2O | Online → Offline | Gojek, Grab, Airbnb | Fleksibel, tetap ada interaksi langsung |
E-commerce bukan hanya soal toko online. Ada banyak jenis dengan model transaksi berbeda yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan bisnismu.
Dengan memahami 6 jenis e-commerce ini, kamu bisa menentukan model bisnis paling cocok, memperluas pasar, dan meningkatkan efisiensi usaha.
Jadi, jangan hanya ikut tren, tapi pahami ilmunya supaya bisa sukses di dunia bisnis digital!
